Selasa, 06 Desember 2016

Mengganti Shockbreaker Honda Supra X 125 Dengan Shockbreker GL Pro.

Salam Biker,

Dear pembaca sekalian, ane mau curhat masalah si Browny, udah lama shockbreaker belakang si Browny (Supra X Helm In) mati. Kasian buritan ane yang kesakitan setiap kali jalan jauh. Shock ori-nya emang empuk banget, mantap di segala medan, cuma kalo nikung kurang enak, mungkin terlalu lembut. Karena empuk inilah mungkin jika sering dipakai boncengan terasa amblas dan akan cepat lemah/rusak. Terbukti pada km 24 ribu shock mulai terasa kurang enak, apalagi melewati poldur, whuaahhh sakit.

Setelah browsing mbah google, ane dapet info bahwa shock GL Pro dapat dipasang di Supra X 125 tipe apa saja. Shock GL Pro ini lebih pendek dan lebih keras dari shock aslinya tapi unggul dari segi handling dan keawetan. Sebagai info panjang shock breaker belakang  Supra X Helm In adalah 340 mm  atau 34 cm sementara GL Pro 320 mm atau 32 cm. Yo wiss lah, mulai cari-cari barangnya di toko online. Shock GL Pro ori Honda harganya Rp. 280 ribu, tapi ada alternatif shock aftermarket GL Pro mereknya Nakasone dengan harga Rp. 190 ribu saja dengan ongkos kirim Rp. 40 ribu total 230 ribu. Katanya penjualnya kualitasya mendekati Ori, ane percaya deh. Tokonya ada di Bandung.

Shock Breaker GL Pro akan Dipasang ke Supra X 125

Setelah beli dan barangnya tiba di rumah, beberapa minggu kemudian baru ada kesempatan menggantinya. Mulailah operasi cangkok shock GL Pro ke si Browny.
  1. Pertama-tama buka sekrup body belakang si Browny kiri-kanan masing2 ada 4 sekrup dengan obeng +. 
  2. Buka bagasi sekaligus jok (joknya ga usah di copot), dengan mebuka 3 baut dengan kunci T ukuran 8
  3. Buka tangki dengan melepas ke 4 bautnya, tapi ga usah di angkat cukup digeser
  4. Buka baut shoc breaker yang bawah, tidak terlau sulit
  5. Buka Baut shockbreaker yang atas.
Persiapan membuka Shockbreaker Supra X Helm In
Lepaskan shock dari dudukan yang bawah. Nah, tibalah dengan bagian tersulit, yaitu membuka shock dari duduan/as yang atas. Jarak antara ujung as dengan body sangat pendek, hanya berkisar satu panjang mur (kurang lebih 1,5 cm) sehingga untuk mengeluarkan shock, body harus didorong ke dalam sambil shock dimiringkan. Lumayang susah emang, tapi bisa kok. Karena ga mungkin kita membuka body untuk melakukan ini. Oh ya, lubang shock ada bos dan karetnya, ini mungkin copot/terpisah saat, mencoba mengeluarkan shock.

Ahh akhirnya copot juga kira kanan, legaaa. Setelah copot ane coba ukur ternyata emang lebih panjang shock aslinya. Berikut penampaannya:
Shock Supra X helm In (Kiri) dan Shock GL Pro (Kanan)
Setelah ane liat ternyata ukuran lubang bos GL Pro yang atas lebih besar, sedangakan yang bawah sama persis. Sehinga perlu dilakukan operasi kecil memindahkan bos serta karet shock supra ke Shock GL. Bosnya gampang copot, tapi karetnya supra X cukup sulit copotnya, mesti di getok pake benda bulat. Demikian juga waktu di pasang di Shock GL, perlu digetok pake palu.

Setelah bos dan karet dipindah dua-duanya, tingal pasang ke Browny, urutannya dibalik aja. Pasang dudukan yang atas, lalu bawah. Pasang lagi semua baut dan sekrup.
Shock Baru si Bwony
Waktu yang ane perlukan untuk mengganti shock si Browny sekitar 2 jam, sebenarnya bisa lebih cepat kalo udah pernah bongkar. Begitulah sekelumit pengalaman ane mengganti shock motor ane.


Bonus gambar bagasi supra X Helm In, guede bangat.
Bagasi Beserta Jok Supra X Helm In, Segede Ember



Senin, 21 November 2016

Review Ban Motor Zeneos ZN77

Udah lama juga ane ga nulis di Blog iseng-iseng ane ini.
Baelah kalau  begitu, pada kesempatan kali ini ane akan mereview bann belakang si Browny milik ane (Supra X Helm In).

Sepeti pernah ane tuliskan di Honda Supra X Helm In Dengan Ban Besar, ane mengganti ban belakang si Browny dengan ban Zeneos ZN77 ukuran 90/90 ring 17.

Supra X Helm In dengan Ban Zeneos ZN77 90/90-17

Ban Zeneos adalah ban produksi PT Gajah Tunggal. Ban ini lebih menonjolkan sisi style. Dengan kebangannya lebih sedikit dibanding ban standar. Untuk lebih singkatnya ane membagi review ini dalam beberapa bagian

Desain

Dari sisi desain, Ban ini sangat bagus dan enak dilihat, tapi sebenarnya hal ini subyektif tergantung ente sekalian. Seri Zeneos di produksi ole PT Gajah Tunggal lebih menonjolkan ke segi style/penampilan.

Kenyamanan

Untuk urusan kenyamanan, ban ini patut diacungi dua jempol. Begitu diganti langsung terasa perbedaannya dengan ban standar pabrik. Jalan gelombang, gravel, beton, aspal terkelupas dapat dilalui dengan nyaman. Tapi kalo jenglengan dan lobang tetep ga nyaman. hehehe, harus ngerem dulu. 

Daya Tahan

Setelah ane pake kurang lebih 18.000 km kondisi ban masih bagus, tidak terdapat benjolan atau retakan. Kembang ban juga masih ada 0.8 mm, masih 20% kalau menurut istilah pedagang motor. 
Ban Zeneos ZN77 setelah 18.000 km


Dry Grip (daya Cengkeram Jalan Kering)

Ban ini enak diajak jalan di tempat kering, Boncengan atau sendiri ban tetap nempel ke aspal. Ane nikung denggan kecepatan 60 km/jam sampe footstep ampir kena aspal juga gapapa. Ga ada gejala slip

Wet Grip (Daya Cengkeram Jalan Basah)

Lain lagi ceritanya di jalan basah/hujan. Pengguna haru extra hati-hati karena ban ini kadan slip jika dilakukan pengereman mendadak. Kalau boncengan sih ane ga pernah mengami motor ngesot, tapi kalau sendirian, ane kadang suka ngesot kalau jalan basah walaupun ga fatal. Penyebabnya mungkin karena kebangannya seidkit. Agan-agan yang pake atau mau pake ban ini ane sarankan untuk Hati-hati. 

Harga

Waktu ane beli harganya 210 ribu di pedagang rumahan. Ongkos pasang + tips 30 ribu, Total 245.000. not bad. Harga segitu termasuk standar.

Kesimpulan

Ban ini sangat cocok bagi anda yang mendambakan style. Enak buat teman nongkrong. Performa ban juga sangat bagus untuk pemakaian di musim kemarau, Untuk jalan basah, pengguna harus extra hati-hati untuk pengereman mendadak karena bisa slip. Ane tidak merekomendasikan ban ini untuk ban depan, karea cenderung selip


Jumat, 02 September 2016

Solo Touring Motor Jakarta-Yogyakarta Bagian 2

 Ini adalah bagian kedua dari Touring ane ke Yogya. Untuk bagian 1 lihat di Solo Touring Motor Jakarta-Yogyakarta Bagian 1.

Selasa 9 September 2014

Bangun pagi adalah kebiasaan ane dari kecil. Tapi kalau di tempat asing ane biasa bangun lebih pagi. Entah kenapa.anyway bushway kita back to laptop.

Acara Ane hari ini adalah
1. Tour seputar Keratorn
2. Tour ke dalam Keraton Yogyakarta
3. Ke Candi Prambanan
4. Nonton Sendratari Ramayana di Prambanan

Tour Seputar Keraton

Setelah siap-siap ane jalanin pelan-pelan si Browny buat cari sarapan pagi. Ane sarapannya gudeg pinggir jalan, rasanya kok gak beda sama gudeg di Malioboro. Kenapa gudeg lagi? Harap maklum para permirsa, gudeg telah menjadi makanan favorit ane selama di Yogya. Ane kepingin nyobain berbagai jenis gudeg.
Lanjut, perut dah kenyang, pagi-pagi ane ke alun-alun utara buat liat-liat. Kemaren malem sudah ke alun-alun selatan. Alun-alun utara tempatnya jauh lebih luas. Mungkin dulunya tempat ini digunakan untuk parade tentara. Tapi pagi itu hanya ada anak-anak SD berolahraga. Ada banyak gerobak pedagang di alun-alun yang membuat suasana terlihat kumuh.
Ketika ane mencoba masuk ke keraton ternyata belum buka. Ane ditawari oleh tukang becak deket pintu masuk untuk tour keliling seputar keraton dengan harga 10 ribu saja. Tapi ujung-ujungnya sang tukang becak malah membawa ane ke tempat jualan barang-barang seperti lukisan, batik, dagadu dan penganan oleh-oleh. Oalaa jangkrik
Berikut penampakannya:
Alun-alun Utara Keraton Yogya
Gerobak Pedagang di Alun-alun Utara Keraton
Seorang Kakek Tertidur Lelap di Alun-alun Utara Keraton
Pembatik di Yogyakarta
Lukisan Khas Yogyakarta

Tour Dalam Keraton Yogyakarta

Setelah puas liat-liat di seputar keraton, tibalah saatnya ane masuk ke keraton. Beli tiket Rp. 10 ribu plus izin foto 2 ribu. Murah yakkk? Ane ditawari jika ingin menggunakan guide dengan harga .... (ane lupa gan). Yang jelas kalau sendiri terasa mahal, tapi kalo rame-rame pasti murah karena patungan. Suasana dalam keraton biasa saja menurut ane, cenderung kurang terawat. Tentu saja keraton Yogyakarta tidak dapat dibandingkan dengan istana atau kastil di Eropa atau kerajaan-kerajaan besar lain. Keraton Yogyakarta jauh dari sebutan keren. Suasananya juga sepi pengunjung.
Dining Hall Tempat Jamuan Makan Kerajaan
Tempat Perjamuan dengan Latar Tahta Sri Sultan
Alun-alun Utara Tampak dari Dalam Keraton
Mungkin Tempat Sidang Kerajaan
Ini Entah Apa, tampat Sholat kali ya?
Salah Satu Sultan yang Pernah Berkuasa di Yogyakarta

Sunset di Candi Prambanan

Cape keliling-keliling Keraton, ane cari-cari makan siang. Ane coba mengunjungi Gudeg Pawon, ternyata bukanya jam 22:00 alias jam 10 malem. Akhirnya ane makan seketemunya. Pulang ke penginapan ane leha-leha sejenak trus ketiduran hehehe.
Ane memang rencana sore hari ke Prambanan sekalian mau liat sunset dengan latar depan candi. Jadilah ane barangkat jam 3 sore. Tiketnya harganya ane lupa, ane froto tapi gak jelas. Kira-kira harganya sama dengan Borobudur.
Borobudur memang megah, tapi Prambanan lebih cantik dan enak dilihat. Kalau diibaratkan manusia, Borobudur adalah Laki-laki gagah perkasa, sementara Prambanan adalah wanita cantik. Suasana waktu itu cukup ramai dengan turis lokal dan mancanegara. Ada banyak turis mancanegara disini, Jepang, Cina, bule-bule non inggris, Asia dll,
Sebagian besar yang datang sore itu memang ingin melihat sunset di Prambanan. Sunset di Prambanan memang so Beautiful, keren. Biarkan foto yang berbicara.

Pelataran Candi Prambanan
Candi Prambanan, Cantik
Prasasti Pemugaran Candi Prambanan
Salah Satu Sudut Candi Prambanan
Salah Satu Pura Candi Prambanan
Pintu Masuk Pura candi Prambanan
Salah Satu Isi Candi Prambanan, Patung Dewa
Ini Juga Isi Candi Prambanan, Patung Sapi
Candi Prambanan Dari Samping
Sunset di candi Prambanan
Sunset di Candi Prambanan
Ini Bukan candi Prambanan, Tapi masih Satu Kompleks

Nonton Sendratari Ramayana di Prambanan

Setelah hari mulai gelap, ane memutuskan untuk tidak kembali ke penginapan karena tanggung sudah jam 18:30, sementara pertunjukan Ramayana mulai jam 19:30. Jadinya ane makan malem seadanya sambil nunggu pentas dimulai.
FYI, tiketnya sudah ane beli duluan kemarin, harga kelas termurah adalah 100 ribu. Itulah yang sesuai dengan kantong ane.Tempat nontonya dari pinggir tempat paling jauh. Ada baiknya jika sobat ingin menonton dari kejauhan membawa terropong.
Tempat pentasnya berupa stadion kecil setengah lingkaran, dengan bangu-bangku semen bertingkat. Suasanyanya sangat romantis dengan latar belakang Candi Prambanan teriluminasi lampu sorot. Pengunjung tidak terlalu ramai, hanya setengah dari seluruh bangku yang terisi. Tapi untuk pertama kali selama kungjungan ane ke Yogya, turis Asing lebih mendominasi.Mungkin karena harganya, atau juga Turis asing lebih menghargai seni.
Sendratarinya sendiri ada dua Jenis:
1. Cerita Ramayana dari awal sampai akhir dalam satu malam.
2. Cerita Ramayanya dibagi menjadi beberapa kali pentas (beberapa hari)
Jadi kalau juragan mau nonton, pastikan dulu jenis pentas yang mana yang agan ingin tonton. Kalo ane memang pengen nonton yang satu malam saja, berhubung keterbatasan waktu.
Sebelum pentas dimulai, penonton diberi kesempatan untuk berfoto dengan pemeran Rama dan Shinta. Para penonton rebutan untuk mengabadikan momen langka tersebut, termasuk ane. Yang dateng sendiri, main titip-titipan kamera/ponsel.
Sayangnya kamera digital ane ngadat disini, jadilah ane foto-foto dengan kamera ponsel ane yang kualitasnya amburadul.
Pentasnya sendiri berlangsung meriah dan keren. Pantes aja Para turis doyan nonton. Setelah selesai, ane pulang ke penginapan dengan perasaan puas. Gak percuma bayar 100 ribu.
Sendratari Ramayana di Prambanan
Sendratari Ramayana di Prambanan
Dua Turis Cantik Jerman Berforo Bersama Pemeran Rama dan Shinta

Rabu, 7 September 2014 Pulang Ke Jakarta Via Semarang

Bangun tidur ane langsung siap-siap dan packing, karena hari itu ane checkout dari penginapan. Keluar penginapan ane cari sarapan dan oleh-oleh untuk dibawa ke Jakarta dan ke Semarang. Ane sengaja lewat Semarang untuk mengunjungi saudara ane yang di Semarang.
Perjalan dari Yogya ke Semarang berlangsung sekitar 4 jam, ane jalan santai aja. Sampai di semarang jam 13:15, sementara saudara ane pulang jam 15:00. Jadilah ane cari makan dulu. Pilihan jatuh ke Nasi Goreng Babat Gongso Pak Karmin Mberok. Warung Pak Karmin ini berlokasi di Jalan Pemuda, dekat jembatan Mberok. Ada di Google Map.
Rasanya cukup enak cuma terlalu asinan menurut ane. Jadi nasi goreng ini tidak cocok untuk penderita darah tinggi, asam urat dan kolesterol. Harganya juga tergolong mahal menurut ane. Tapi es jeruknya enak dan segar, warnanya juga orange menggugah selera.
Selesai makan ane ke tempat saudara ane dan menginap satu malam.
Nasi Goreng Babat Gongso Pak Karmin Mberok

Kamis 8 September 2014 Return Home

Jam 7 pagi ane mulai perjalan ane pulang ke Jakarta via pantura. memang betul kata orang, bagian terberat dari Touring adalah perjalanan pulang. Disini fisik dan mental diuji. Pantura juga serasa lebih panas dari waktu berangkat. Ane melewati POM bensin Muri antara Tegal dan Pemalang. POM Bensin ini memang luar biasa besar dan lengkap fasilitasnya. Mungkin nanti bisa jadi post tersendiri. Sampai di Cikarang ane mampir untuk nyicipn Nasi Lengko khas Cirebon.
Sampai Jalarta pas jam 6 Sore, ane mampir makan malem dan sampai di rumah jam 7 malem. Acaranya tentu saja mandi dan..... you know lah. Melepas rindu pada kasurku.
Jembatan Kali Comal yang Amblas dan Ditutup
SPBU MURI Tegal
SPBU MURI Tegal
Warung Nasi Lengko Cirebonan di Cikarang

Nasi Lengko Cirebon


Biaya

Total Biaya yang ane keluarkan sekitar 800an. Ane tidak ada perinciannya tapi sepertinya oleh-oleh mengabiskan banyak dana.
Tiket masuk Rp. 180.000 (Perkiraan)
Penginapan Rp. 210.000
Bensin 27 Liter Rp.180.000

Sekian dulu cerita perjalanan Turing ane kali ini. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ane bisa touring lagi.














Minggu, 21 Agustus 2016

Solo Touring Motor Jakarta-Yogyakarta Bagian 1

Dear pembaca, pengalaman ini sebenarnya sudah lamaaa sekali yaitu bulan September 2014 lalu, hampir dua tahun lalu. Ane mencoba menceritakan petualangan seru ane naik motor bebek sendirian dari Jakarta ke Yogya selama 5 hari. Mudah-mudahan masih pada inget.

Berangkat Minggu, 7 September 2014

Rute Bernagkat Jakarta-Yogyakarta Via Wangon

Persiapan

Persiapan ane biasa aja, hanya HP android 2 buah, kamera Canon murah, jas hujan, obat-obatan ringan, oli tambahan di botol kecil dan tidak lupa pakaian untuk 5 hari. Ane tidak membawa kunci-kunci tambahan selain kunci standar bawaan motor. Ban juga masih ban standar bawaan pabrik dengan ban dalam. Nekat banget ane ya.

Bagasi Sura X Helm in Waktu Berangkat Touting ke Jogja

Odometer Waktu Berangkat 622km

Ane rencana berangkat jam 04:00 supaya bisa lewat karawang sebelum jam 7 pagi yang disinyalir macet. Karena bangun kepagian, ane malah berangkat jam 03:46.
Tidak banyak yang ane ceritakan dari perjalanan berangakat karena pemandungan di pantura yang membosankan dan sangat panas. Jalan relatif mulus dengan beberapa tambalan disana-sini.
Kesalahan ane waktu itu adalah ane belok lewat jalur selatan setelah Cirebon, karena ane sangka Jembatan Kali Comal tidak dibisa dilewati sama sekali, bahkan oleh motor. ternyata hanya satu dari dua jembatan Comal yang amblas. Satunya lagi tidak boleh dilewati kendaraan besar. Sehingga semua bus dan truk yang seharusnya lewat pantura terpaksa lewat jalur selatan. Jadilah perjalanan ane lebih jauh, lebih ramai dan berdebu. Ane bertarung mati-matian melewati bis demi bis truk demi truk sepanjang jalur selatan.

Jam 12 Siang ane sudah melewati Wangon menuju arah Kebumen. Ditandai dengan kilometer si Browny yang menunjukkan 1000km
Si Browny 1000 km
Tercatat 3 Kali si Brownly refuel.sebanyak 3 kali, sebenarnya bisa hanya 2 kali refuel, cuma ane jaga-jaga ngisi sebelum redline. Memang penunjuk bensin si Browny ini suka menipu, Ketika baru menyentuh garis merah diisi 3.5 liter muntah, yang artinya di tangki masih tersisa 2 liter lebih. Mungin dimaksudkan supaya pengguna mengisi sebelum bensin seidikit.
Salah Satu SPBU Tempat Refuel

Si Browny di depan Jembatan di Jalur Selatan

Akhirnya setelah menempuh 554 kilometer selama 15 jam lebih dijalan ane sampe juga di penginapan sederhana di daerah Pugeran. Namanya ya Penginapan Pugeran.Dengan harga 70 ribu ane dapet kamar cukup besar kira2 4x5 meter dengan kamar mandi di dalam. walaupun perlengkapanmya cukup sederhana tapi bersih. Setelah Ceck-in ane mandi dan tewas di kasur sampe pagi.

Si Browny di Depan Kamar Penginapan

Odometer Setiba di Yogjakarta

Senin,8 September 2014

Agenda ane di hari kedua di Yogya adalah
1. Puter-puter Yogya,
2. Sarapan di Soto Ayam Pak Gareng dekat Stasiun Kereta,
3. Ke Candi Borobudur,
4. Makan di Bakmi Kadin (Bakmi Jawa)
5. Ke Alun-alun Selatan Malam hari katanya ada parade Mobil Lampion
6. Melihat Taman Lampion di Monjali (Monumen Jogja Kembali)
7. Ke Malioboro sekalian dinner gudeg lesehan

Puter-puter Yogya di Pagi Hari

Suasana di Yogyakarta sungguh adem di pagi hari, ada kesibukan tapi tidak se-hectic di Jakarta. Yogya adalah kota yang penuh kesederhanaan, cermin dari masyarakatnya. Jalan-jalan pagi sungguh nikmat. Masyarakatnya yang ramah dan udara yang jauh lebih bersih dari Jakarta memanjakan para wisatawan. Berikut suasana pagi di Yogya yang tertangkap kamera ane.
Tugu Stasiun Yogyakarta
Suasana di Depan Stasiun Yogyakarta di Pagi Hari
Tukang Pijet Pinggir Jalan di dekat Stasiun Yogyakarta
Mobil Antik Colt T120 di Yogyakarta

Sarapan Pagi Ssoto Ayam Pak Gareng

Setelah puas jalan-jalan pagi perut ane minta di isi. Googling di internet ane dapet ada soto enak di dekat Stasiun namanya Soto Ayam Pak Gareng, Rasanya Enak dan ada beragam cemilan juga. Harganya ane lupa, yang jelas gak mahal. Soalnya kalo mahal pasti ane inget. Warugnya Pak Gareng ini pagi-pagi aja udah rame, gimana kalo sore ya. Ane ga bisa ngebayangin.
Tampak Depan Soto Ayam Pak Gareng

Menu Sarapan Pagi Ane

Candi Borobudur

Tidak lengkap rasanya kalau ke Yogya tapi ga ke Borobudur. Candi Megah ini pernah menjadi 7 keajaiban dunia. Ini ketiga kalinya ane ke Borobudur, tapi ane ga pernah bosan main kesini. Dari Yogyakarta ke Borobudur memerlukan waktu kira-kira 1 jam. Jaraknya 44km ke arah Semarang lalu belok ke kiri. Lalulintas pagi itu sangat lenggang, jadi ane bisa memacu si Browny dengan kecepatan 80-90 km/jam.
Foto-foto di Borobudur ini cukup banyak, bisa jadi post tersendiri. Disini ane hanya menampilkan yang umum saja.
Gerbang Masuk Borobudur
Suasana Asri di Pelataran Borobudur
Borobudur dari Kejauhan
Tangga Naik ke Borobudur
Tangga Naik di Foto dari atas Borobudur
Kemegahan Candi Borobudur
Tangga di Borobudur
Kumpulan Stupa Borobudur
Pemandangan Ke bawah Dari atas Borobudur
Ngintip Patung Dalam Stupa Borobudur
Si Browny Mejeng di Depan candi Borobudur

Makan Siang Bakmi Kadin

Muter-muter candi Borobudur cukup melelahkan  Waku sudah menunjukkan pukul 2 siang. Wuahh lapernya. Bergegas ane ke lokasi Bakmi Kadin buat makan siang. Lokasinya googling aja ya ane lupa. resotran ini boleh dikata lebh mirip food court dengan banyak gerobak untuk memasak makanan. Ada beberapa menu disini tapi yang utama tentu Bakmi Jawa. Ane pesen satu sama kopi susu. Rasanya emang Uenaaaak tenan apalagi ane sedang lapar. Dari beberapa bakmi Jawa yang ane coba ini yang paling enak. Harganya termasuk sedang untuk ukuran Yogyakarta.
Sebaiknya mengunjunig bakmi Kadin pada sore malam hari karena disediakan live music. Siang hari, suasanya waktu ane makan cukup sepi.
Gedung Bakmi Kadin
Bakmi Kadin, mmmm Yummmy

Alun-Alun Selatan Keraton di Malam Hari

Abis maem ane pulang dulu ke penginapan buat leha-leha sejenak, boci (bobo ciang) dan mandi. Sore menjelang malam ane bersiap klayapan lagi. Here we go. Ibu pemilik penginapan bilang kalau Alun-alun selatan rame kalo malam hari karena sedang ada parade mobil lampion. Yo wisss. Ikku yo.
Sampe di TKP, ane liat emang rame sama orang jualan dan makan. Karena sepanjang pinggir lapangan banyak warung-warung. Bahkan di tengah lapangan banyak juga yang jualan sambil gelaran tiker/lesehan.
Sepangjang jalan yang mengelilingi alun-alun ada banyak mobil lampion dengan berbagai bentuk ada gerobak, citycar, VW kodok, kereta ayam, mobil antik dll. Sangat semarak dan meriah suasana malam itu. Keren bin cool.
Parade Mobil Lampion
Parade Mobil Lampion
Lesehan di Alun-alun Yogyakarta

Taman Lampion di Monjali

Rupanya orang Yogya paling senang main dengan lampu. Dari alun-alun selatan ane bergerak ke utara tepatnya ke Monjali (Monumen Jogja Kmabali). Ane pernah masuk ke dalam Monjali waktu kuliah dulu Tentu saja monumennya sudah tutup karena sudah malem bro. Kali ini tujuan ane mengunjungi taman lampu/lampion di pelataran Monjali. Cukup keren sih cuma kurang greget. Ada panggungnya juga, cuma waktu itu ga ada live music. Mungkin ada jadwal tertentu.
Jangan Bikin Ane Marah gan.
Pohon lampu di Monjali
Berbagai Bentuk Lampion



Gerbang Lampu

Dinner di Malioboro

Ini acara puncak ane hari itu yaitu ke Malioboro. Jalan icon spesial Yogyakarta. Ane udah beberapa kali kesini, jadi ga ada sesuatu yang spesial menurut ane. Paling foto di plang jalan Malioboro dan liat-liat orang jualan yang udah mau tutup. Yang belom pernah adala nyobain makan Gudeg lesehan di Malioboro. Harganya cukup standar, tapi bisa dua kali lipat harga gudeg pinggir jalan, maklumlah daerah wisata. Ane pesen nasi Gudeg Komplit. Rasanya cukup enak, cumaaaaa kuahnya sambelnya banyak banget dan rasaya pedassss. terpaksa untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan ane makan obat sakit perut.
Daftar Menu dan Harga Makanan di Gudeg Lesehan di Malioboro
Ngeliat aja udah Ngiler Gudeg Malioboro
Selesai dinner ane balik ke penginapan tentunya buat tidur pules.

Begitulah perjalanan ane Touring ke Yogyakarta sendirian naik motor bagian 1. Untuk bagian kedua baca Solo Touring Motor Jakarta-Yogyakarta Bagian 2